Berkurangnya waktu makan menjadi dua kali dalam sehari, yakni hanya saat sahur dan berbuka di kala puasa seharusnya bisa membuat berat badan turun. Nyatanya kebanyakan orang justru mengalami kenaikan berat badan.
Dr.Fiastuti Witjaksono, Sp.GK, menjelaskan, cadangan energi karbohidrat tubuh hanya bertahan 8-10 jam di dalam tubuh. Setelah itu tubuh akan menggunakan cadangan energi lemak bila kita kekurangan energi. Karenanya ini seharusnya mencegah kita dari kegemukan.
"Kalau kita makan dengan pola makan yang benar, sebenarnya tidak akan terjadi kegemukan saat puasa," kata Dr.Fiastuti dalam acara media edukasi yang diadakan oleh Zespri di Jakarta, Kamis (2/8).
Pola makan yang dianjurkan adalah saat sahur porsi makanan sekitar 40 persen dari makan kita dan saat berbuka sekitar 60 persen.
Komposisi makanan juga harus lengkap, misalnya saat sahur harus terdiri dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, susu, sayur dan buah, serta air minum.
"Hindari minuman manis saat sahur karena akan meningkatkan risiko lapar dan hipoglikemi atau menurunnya kadar gula darah," kata Dr.Fiastuti.
Sementara itu saat berbuka, boleh dimulai dengan makanan manis untuk mengganti kadar gula darah yang sudah turun.
Untuk mengurangi asupan makanan berlebihan saat berbuka, Fiastuti menyarankan agar kita mengonsumsi sayur atau buah terlebih dahulu sehingga perut terasa kenyang.
"Yang jangan dilupakan adalah olahraga meski berpuasa. Bila kita berolahraga maka kebutuhan tubuh akan kalori tetap tinggi sehingga tidak banyak yang menumpuk jadi lemak," papar Dr.Fiastuti.
Olahraga bisa dilakukan menjelang waktu berbuka atau sesudah tarawih.
(Kompas.com) 97out of 100 Review of : tokokuliner.com Jumlah Voting : 9673 Orang. Kuliner
